Minggu, 08 Januari 2012

Membangun Gerakan Buruh secara kuantitas dan kualitas
menuju kesejahteraan sejati


I.    Latar Belakang
Setiap fase perkembangan masyarakat hingga dalam fase kapitalisme di mana terdapat kontradiksi pokok/dasar antara klas buruh dan klas pemodal memberikan pelajaran-pelajaran berharga salah satunya adalah gerakan berlawan yang melahirkan perubahan haruslah disandarkan pada garis massa baik secara kuantitas maupun gerakan massa yang memiliki kualitas.
Tatanan ekonomi politik kapitalisme di mana alat-alat produksi terkonsentrasi pada segilintir orang-para klas pemodal, sementara klas buruh yang mampu menghasilkan nilai melalui kerjanya tetap berposisi sebagai klas yang terhisap menerima upah sekedar hanya untuk bertahan hidup di mana buruh bisa bekerja/berproduksi untuk keesokan harinya itupun harus direbut secara terus menerus. Sungguh klas buruh sudah lama teralienasi (terasing) dari hasil kerjanya sendiri, terasing dari kehidupan sosial politiknya.
Adalah betul bahwa kapitalisme mampu berproduksi secara masal sebagai aklibat dari kemajuan pengetahuan dan teknologi, akan tetapi semua hasil atau produk yang berlimpah itu menjadi milik para pemilik modal bukan milik klas buruh sebagai tenaga produktif yang menghasilkannya, justru kelimpahan produksi itu melahirkan malapetaka dan sumber krisis yaitu over produksi (kelebihan produksi) yang tidak mampu terbeli karena kecilnya daya beli dari buruh khususnya dan massa rakyat umumnya seperti krisis yang terjadi sampai dengan saat ini.
 Tidak hanya segi ekonomi semata. Dalam mempertahankan idiologinya atau kenyakinannya untuk tetap mempertahankan sistem kerja upah dan bisa mengakumulasi modal sebesar-besarnya secara terus menerus kapitalisme menguasai negara dengan segala perangkatnya, negara dijadikan alat kepentingan klas mereka. Bahwa negara harus campur tangan membuat regulasi atau aturan yang berpihak pada pemodal, sehingga mampu memberikan legitimasi atau pembenaran untuk melakukan eksploitasi dan akumulasi keuntungan sebesar-besarnya. Disektor perburuhan misalnya dibuatkan UU ketenagakerjaan no 13/2003, disektor agraria dibuatkan UU pembebasan lahan yang baru-baru ini disahkan, disektor pendidikan dibuatkan UU sisdiknas tahun 2003 dan akan menyusul RUU perguruan tinggi yang akan membenarkan terjadinya kapitalisasi disektor pendidikan dan masih bayak lagi regulasi yang dilahirkan negara atau rezim yang berkuasa atas nama kepentingan modal.
Penguasaan atas negara/rezim berkuasa mengartikan bahwa klas buruh tidak saja berhadapan langsung dengan pengusaha/pemodal akan tetapi juga berhadapan langsung dengan negara secara politiknya. Hal ini tentu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri, para pemodal memiliki pengetahuan, teknologi dll dan negara selalu setia melayani tuan modalnya sehingga klas buruh berhadapan sama musuh yang remeh temeh alias dipandang ringan sebaliknya sangatlah kuat. Pertanyaannya apakah mungkin klas buruh bisa mendapatkan, merebut hak-haknya yang diambil klas pemodal?
Secara logis atau berpandangan linier hanya melihat satu segi tanpa melihat segi yang lain memang akan tersimpulkan hal itu menjadi tidak mungkin karena beranggapan klas pemodal yang memiliki semuanya bahkan negara dikuasai oleh mereka tidaklah  mungkin buruh itu mampu melawan apalagi menang. Akan menjadi berbeda manakala kita berpikir berdasarkan kenyataan atau kondisi yang selalu berkembang, berubah alias tidak tetap singkatnya selalu bergerak (dialektis) dari satu fase ke fase yang lain, dari buruk menjadi lebih baik, maka sangatlah mungkin klas buruh bisa merubah hidupnya dan keluarga menjadi sejahtera dan merubah tatanan kapitalisme yang menghisap menjadi tatanan yang tidak menghisap dan sejarah itupun telah mengajarkan kita. Tentu saja tidak selesai hanya pada tataran pandangan saja tapi juga termanifestasikan pada tindakan-tindakan nyata.
Situasi obyektif hari ini di mana kapitalisme masih menjadi penguasa atas kendali ekonomi politik di Indonesia bahkan dunia prinsipnya tidak memberikan jaminan atas kesejahteraan rakyat terkhusus klas buruh Indonesia justru menampakkan segi-segi hubungan yang terbalik-satu segi semakin memperkaya klas pemodal dan disegi yang lainnya semakin memiskinkan klas buruh. Sekedar sebagai indikator atau ukuran melihat hal ini sebagai alas bukti diantaranya; persoalan upah yang masih dalam konsep politik upah murah dengan kata lain upah buruh hingga sekarang masih jauh dari ukuran layak, persoalan status kerja yang tidak mampu memberikan jaminan kepastian karena Trend praktik kerja kontrak&outsourcingn yang sudah masuk keranah bagian-bagian inti produksi dan itu dibenarkan dalam Undang-Undang ketenagakerjaan, praktik pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak tetep terjadi, praktik union busting atau pemberangusan serikat dan masih banyak lagi praktik-praktik yang hakikatnya semakin menghantarkan klas buruh pada keterpurukan hidup.
Tidaklah tanpa sebab, praktik-praktik penghisapan klas buruh bukan suatu keniscayaan yang mau tidak mau harus terjadi, kenyataan tersebut terjadi merupakan suatu design yaitu sengaja dirancang supaya penumpukkan keuntungan sebesar-besarnya itu tetap berada ditangan-tangan segilintir/minoritas klas pemodal. Konsep liberalisasi ketenagakerjaan yang terwujud dalam program Labour Fleksibilty (LMF) merupakan upaya-upaya membawa klas buruh pada logika pasar di mana buruh tidaklah lebih hanya sebuah komoditi yang bisa diperjualbelikan seperti komoditi lainnya-ketika dibutuhkan akan diperkerjakan, ketika tidak dibutuhkan lagi akan dibuang. Sesungguhnya buruh dalam hukum pasar hanya memiliki kebebasan menjual tenaganya karena hanya itu yang dimiliki bukan kebebasan sejati yang memiliki kedaulatan penuh menentukan arah hidupnya.
Tidaklah tanpa akibat, Kapitalisme dengan payung pasar bebas berakibat pada priodesasi krisis atau malapetaka bagi mereka sendiri dan malapetaka bagi rakyat terkhusus klas buruh. Ambil saja contoh Krisis tahun 2008-2011 berakibat pada stagnasi modal bahasanya sederhannya mengalami ketidakstabilan ekonomi. Lihat saja Amerika, negara yang dikenal sebagai super power menjadi salah satu negara yang terlilit hutang, mengalami defisit anggaran, mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi dan akan menjadi negara bangkrut (tinggal menunggu waktu) padahal pandangan kebayakan orang hal itu tidaklah mungkin tapi itulah faktanya (bukti situasi itu tidak bersifat tetap). Contoh lainnya negara-negara Eropa (Uni Eropa) mengalami hal yang sama, persoalan krisis ekonomi.
Bagi klas buruh sudah pasti merasakan dampaknya, di negara amerika dan uni eropa misalnya terjadi pemutusan hubungan kerja(PHK) berarti penambahan angka pengangguran, penambahan angka kemiskinan, pemotongan/penurunan besaran upah, penurunan tingkat daya beli pada akhirnya semakin memundurkan tingkat kesejahteraan klas buruh dan dampak-dampak lainya.
Indonesia yang sudah lama mengikat diri atau menggantungkan kedaulatan ekonomi politiknya pada ekonomi Liberal atau pasar bebas tentu tidak akan telepas dari pengaruh krisis kapitalisme. Penurunan nilai ekspor yang berakibat pada penurunan anggaran negara misalnya, pemutusan hubungan kerja yang terjadi secara nasional sejak 2008-2011 dan baru-baru ini ditengah masih kecilnya besaran upah klas pemodal akan melakukan penangguhan upah, akan melakukan efisiensi, akan melakukan pengurangan-pengurangan hak-hak ekonomi buruh dan tindakan-tindakan lain yang akan dijalankannya, kesemuanya itu tidak lain tidak bukan merupakan imbas/dampak dari krisis ekonomi. Sementara negara/rezim berkuasa nasional hingga daerah semakin mempertegas posisinya sebagai pelayan tuan modal.
Demikianlah situasinya, dalam situasi normal saja praktik penghisapan klas buruh tetap terjadi apalagi di situasi tidak normal seperti krisis bisa dipastikan praktik penghisapan itu kadarnya akan lebih besar, lagi-lagi klas buruh lah yang akan menjadi tumbal/korban atas situasi ini.
Disisi yang lain klas buruh (diluar serikat buruh kuning) patut kita akui secara jujur dalam ukuran kuantitas (jumlah massa anggota) masihlah kecil  dan secara kualitas belum sampai pada tingkat yang lebih tinggi biak kapasitas pengetahuannya maupun kualitas perjuangannya. Kecil bila dibandingkan dengan jumlah klas buruh keseluruhan ataupun bila dibandingkan dengan serikat buruh kuning, belum pada tahap kualitas yang tinggi dalam arti perjuangan gerakan klas buruh masih dominan didasarkan karena persoalan-persoalan normatif seperti upah, jamsostek dll tanpa harus mengatakan bahwa itu tidak penting. Normatif merupakan hal sangat penting dan itu patut dituntut tapi persoalan prinsip klas buruh lebih dari pada persoalan-persoalan normatif ekonomistik.
Disamping itu juga kualitas pengetahuan gerakan buruh/serikat buruh belum beranjak dari pemahaman akan hak-hak normatif yang termaktub dalam regulasi seperti Undang-Undang dan itupun belum maksimal terkonsumsi. Sementara hal-hal lain diluar itu keumumannya masih belum banyak menjadi konsumsi-konsumsi wajib klas buruh. Maka disetiap serikat-serikat buruh disegi kualitas cara berfikirnya berperan sebagai sekolah-sekolah atau wadah belajar bersama, berjuang bersama dan menang secara bersama.
Belum lagi segi-segi lain diinternal gerakan buruh seperti persoalan persatuan yang masih lemah artinya belum ada persatuan klas buruh yang betul-betul kuat secara kuantitas dan kualitas sehingga melahirkan kesatuan pandangan dan tindakan.
Kalau klas buruh berhadapan musuh yang sangat kuat baik kualitas maupun perkakas pendukungnya tentulah tidak cukup kuat untuk memenangkan perjuangan sekarang maupun kedepannya manakala gerakan buruh hanya ditumpukan semata-mata pada kualitas hal-hal normatif langsung apalagi mempercayakan energinya pada kelompok lain seperti elit-elit politik yang notabenenya berkarakter borjuis yaitu bekerja untuk melayani tuan modal, sehingga kuantitas dan kualitas kekuatan gerakan buruh menjadi hal yang niscaya harus dijawab, apalagi analisa situasi obyektif yang berkembang tersimpulkan akan semakin memperparah kondisi kehidupan klas buruh sekarang dan kedepannya.
Diluar segala keterbatasan gerakan buruh hari ini tentu tidak akan menjadi dasar untuk tidak segera menjawab keterbatasan tersebut, sebaliknya hal itu menjadi tamparan keras bagi setiap klas buruh/gerakan buruh untuk segera menjawab keterbatasan dan memajukan geraknya hingga pada titik kemenangan klas buruh itu tercapai. Dan sesungguhnya kemenangan kelas buruh tidaklah terletak pada hasilnya langsung tapi semakin meluasnya persatuan klas buruh.
·         Sekilas Tentang KPGB
Komite Pendidikan Gerakan Buruh (KPGB) lahir atas situasi obyektif yang semakin menunjukkan secara terang dan jelas ketidakberpihakannya pada klas buruh dan situasi internal gerakan yang bersifat harus segera memajukan kualitas perjuangan untuk dapat semakin mendekatkan diri pada kemenangan sebenar-benarnya kemenangan.
KPGB tidaklah lahir atas keinginan kuat individu, tidaklah lahir karena kepentingan individu atau kelompok tetentu, tidak pula lahir atas inisiatif elit politik dan pengusaha (jangan pernah terjadi), aka tetapi lahir atas dasar kebutuhan-kebutuhan nyata dari masing-masing organisasi yang terlibat di dalamnya.
Kebutuhan-kebutuhan akan pentingnya menjawab masalah pendidikan dan propaganda serta pentingnya pendidikan skill (keahlian langsung) seperti skill advokasi, skill propaganda, skill managerial organisasi dan lainnya dorongan kuat terbentuknya komite pendidikan gerakan buruh.
Selain beberapa hal itu KPGB dibentuk sebagai wadah bersama dalam memperbesar kekuatan atau memperluas struktur organisasi baik di masing-masing organisasi maupun secara bersama singkatnya wadah bersama tempat belajar membangun persatuan dengan prinsip saling menguatkan masing-masing organisasi, memperkuat solidaritas diantara gerakan/klas buruh dan proses bersama menuju alat yang besar dan kuat.
Atas dasar itu Gerakan Serikat Buruh Indonesia (GESBURI), Serikat Pekerja Kereta Api Jabodetabek (SPKAJ) dan Federasi Perjuangan Buruh Jabodetabek (FPBJ) bersepakat membentuk wadah bersama dengan nama Komite Pendidikan Gerakan Buruh. Ini adalah sebuah awalan, artinya KPGB tidak berhenti pada jumlah 3 organisasi saja tapi ada kebutuhan terus memperluas persatuan tidak hanya di sekitaran Jabodetabek tapi juga ditingkat nasional karena KPGB sekali sebuah wadah untuk berproses bersama menjadi organisasi yang besar dan kuat.  
Ada begitu banyak hal yang memang harus dijawab bersama karena masing-masing internal organisasi memiliki kekurangan-kekurangan dan juga kelebihan-kelebihan, maka saling menutup kekurangan dengan kelebihan masing-masing adalah bagian dari arti penting bersatu dan berjuang bersama menuju kesejahteraan sejati.
Berangkat dari uraian singkat di atas menjadi penting melakukan pelatihan bersama sebagai bagian dari tindakan membangun dan memajukan gerakan Buruh secara kuantitas dan kualitas.

I.    Targetan
·  Menanamkan kesadaran tentang siapa buruh
·  Menanamkan kesadaran tentang pentingnya berorganisasi bagi buruh dalam
melakukan perjuangan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya
·  Menanamkan kesadaran kerja kolektive                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
·  Terbangunnya solidaritas sesama kaum buruh


III.    Materi
1.    Pengantar cara Berfikir
2.    Sejarah Perkembangan Masyarakat
3.    Sejarah gerakan Buruh
4.    Pengantar keorganisasian
5.    Pengantar kritis hukum perburuhan
6.    Metode perjuangan Buruh

IV.    Peserta :
Peserta pelatihan bersama KPGB adalah anggota yang belum mengikuti pelatihan tahap I atau yang sudah direkomendasikan oleh masing-masing organisasi. Total peserta pelatihan tahap dasar sebanyak 55 orang.
V.    Tempat dan waktu
Acara pelatihan bersama KPGB dilaksanakan pada tanggal 13-15 Januari 2012 bertempat di Cilember-Bogor. Jadwal Terlampir.
VI.    Penutup
Demikian TOR diskusi bersama ini dibuat. Semoga apa yang menjadi harapan bersama dalam pelatihan ini dapat tercapai.


Buruh Bersatu tak bisa dikalahkan..!!!
Buruh berkuasa Rakyat Sejahtera..!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar